Foto : Greenpeace.
Riau, — Greenpeace mengakhiri aksi damai 27 jam yang dramatis di fasilitas bongkar-muat perusahaan pulp dan kertas Asia Pulp and Paper, yang dimiliki Sinar Mas. Greenpeace menjuluki perusahaan ini sebagai aktor utama penghancur hutan dan iklim di Indonesia.
Aksi damai yang dilakukan oleh aktivis dari sebelas negara berbeda, termasuk Indonesia dan Amerika Serikat, telah berhasil menarik fokus dunia internasional pada peran penting yang dapat dimainkan oleh Presiden SBY dan Kepala Negara lainnya untuk mengakhiri penghancuran hutan tropis untuk mencegah kekacauan iklim.
Greenpeace juga berencana menyampaikan secara langsung pesan warga dunia tentang penyelamatan iklim kepada Presiden SBY dan para pemimpin dunia lainnya, Greenpeace menyatakan bahwa ribuan orang di seluruh dunia telah mengirimkan petisi dan surat kepada pemimpin negara RI, mendesak beliau melakukan tindakan segera untuk menghentikan penghancuran hutan dan lahan gambut di Indonesia, yang merupakan kontributor terbesar emisi Indonesia.
“Sepuluh hari menjelang konferensi iklim yang sangat penting di Kopenhagen, Presiden SBY memiliki kesempatan yang unik untuk mengukir sejarah dan mengumumkan penghentian deforestasi, sekaligus menunjukkan suatu kepemimpinan yang sejauh ini gagal ditunjukkan oleh pemenang Penghargaan Nobel seperti Presiden Obama,” demikian dikatakan Von Hernandez, Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara (26/11).
“Aksi damai kami di Sumatera dalam lima minggu terakhir menunjukkan kepada para pemimpin dunia bahwa perlindungan hutan merupakan bagian penting dari solusi jika masyarakat dunia ingin mencegah terjadinya kekacauan iklim,”katanya.
Menurut Von Hernandez, bumi kita tidak dapat lagi menenggang hilangnya hutan lebih banyak lagi sebagaimana pemimpin dunia tidak dapat lagi menenggang hilangnya waktu lebih banyak lagi untuk menghasilkan perjanjian iklim yang adil, ambisius dan mengikat secara hukum di Kopenhagen bulan Desember ini, yang memasukkan komitmen untuk membentuk pendanaan global untuk mengakhiri deforestasi di negara seperti Indonesia.
“Kami akan terus mendesakkan tuntutan kami ini sampai para pemimpin dunia tersadar dari penyangkalan atas kenyataan yang tak terbantahkan dari permasalahan ini,”tambahnya.
Pada 12 November Greenpeace melakukan aksi damai terhadap APRIL, pesaing APP, menunjukkan penghancuran terus menerus yang mereka lakukan di lahan gambut yang sangat rentan di Semenanjung Kampar di Pulau Sumatera. Minggu lalu, Menteri
Aksi Greenpeace itu mendapatkan respon positif dari Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan. Departemen Kehutanan akhirnya memerintahkan APRIL menghentikan penghancuran hutan di kawasan konsesi seluas kurang lebih 56.000 hektar sambil dilakukannya kajian terhadap perijinan perusahaan.
Aksi tersebut juga diwarnai dengan penangkapan delapanbelas aktivis Greenpeace dari Indonesia dan belahan dunia lainnya saat ini menjalani pemeriksaan polisi. Duabelas aktivis memblok derek di dermaga bongkar-muat perusahaan kemarin untuk memghentikan ekspor pulpnya, dan membentangkan spanduk bertuliskan: “Penghancuran Hutan: Anda dapat Menghentikan ini”.
Empat orang aktivis tetap bertahan di salah satu derek selama 26 jam, sampai mereka dihentikan oleh polisi. Aktivis tersebut berasal dari Indonesia, AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, India, Swiss, Belgia, Jerman, Filipina, dan Belanda.
Aksi Greenpeace ini dilakukan di tengah hangatnya upaya terus menerus oleh Presiden AS Obama dan pemimpin dunia lainnya untuk mengecilkan harapan di konferensi iklim Kopenhagen, dengan terlalu dini menyatakan bahwa dunia sebaiknya hanya berharap hasil berupa pernyataan politik saja, dan bahwa keputusan penting untuk menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum ditunda kemudian. (Marwan Azis).