Jakarta, BERLING-Kepolisian Resor Pelalawan kemarin mencabut instruksi dari Gubernur Riau sehari sebelumnya untuk mengusir aktivis Greenpeace dari Kamp Pembela Iklim (Climate Defender Camp) di Semenanjung Kampar yang sedang terancam, dan mengizinkan aktivis untuk tinggal disana menyusul aksi dukungan kepada Greenpeace dari masyarakat lokal.
Di hari yang penuh drama dan emosi ini, sekitar 300 masyarakat Teluk Meranti mendatangi kamp untuk memberi dukungan dan mencegah para aktivis Greenpeace meninggalkan tempat ini di bawah pengawasan polisi.
“Kami sangat senang dan terharu menerima dukungan luar biasa ini dari masyarakat Riau, ini menguatkan kepercayaan kami bahwa rakyat Indonesia menginginkan hutannya dilindungi,” ujar Zulfahmi, jurukampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara dalam siaran persnya yang diterima beritalingkungan.com (16/11).
“ Ini sinyal yang sangat penting kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bahwa rakyatnya ingin menolongnya menghormati komitmen menurunkan emisi Indonesia dari deforestasi. SBY harus segera menindak pihak-pihak yang merusak hutan, dan pada saat bersamaan melindungi hutan, ekosistem dan masyarakat yang tergantung pada hutan.” Tambahnya.
Greenpeace membuka Kamp tiga pekan lalu untuk menarik perhatian pentingnya peran perusakan hutan hujan dan lahan gambut dalam perubahan iklim menjelang pertemuan penting Iklim PBB di Kopenhagen Desember mendatang
“Kami ingin Greenpeace berada di sini selama mungkin. Keberadaan Greenpeace sangat membantu kami dalam mempertahankan hutan kami dari kehancuran,” ujar Suwandi, seorang guru di Teluk Meranti. “Jika Greenpeace akhirnya dipaksa pergi dari Kampar, kami akan menuntut APRIL harus pergi juga dari Kampar.”ujarnya.
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, ulah polisi ini menyusul aksi Greenpeace yang membentangkan banner raksasa di daerah hutan yang sedang dirusak bertuliskan: “Obama: Anda Bisa Menghentikan Ini” dan aktivis lain merantai diri mereka sendiri di tujuh eksavator APRIL. (Marwan Azis).