Ketgam : Areal lahan gambut di Semanjung Kampar yang dirambah, Lokasinya yang tidak jauh dari Kamp Pembela Iklim Greenpeace di Teluk Meranti, Riau. Foto : Greenpeace.
Jakarta, BERLING –, Greenpeace menyerukan kepada Presiden Indonesia, Soesilo Bambang Yudhoyono untuk segera mencabut izin perusahaan kertas raksasa APRIL yang melakukan perambahan lahan gambut di Semananjung Kampar Riau.
“APRIL memberitakan kepada masyarakat dan Greenpeace bahwa mereka tidak merusak hutan di Semenanjung secara ilegal, namun kami memiliki bukti-bukti yang menunjukkan adanya mesin penggali sedang merusak hutan dan indikasi kuat bahwa kegiatan itu berlangsung di lahan gambut dalam,” tegas Juru Kampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara Bustar Maitar berbicara dari Semenanjung Kampar.
Hari ini Greenpeace mengeluarkan bukti-bukti terbaru perusakan hutan lahan gambut yang dilakukan oleh perusahaan kertas raksasa APRIL. Bukti aktivitas perambahan berupa foto dan peta yang di publis di situs resmi Greenpeace serta disebarkan di mailinglist lingkungan.
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan Darori dalam wawancara dengan sebuah surat kabar nasional yang juga dilansir dalam siaran pers Greenpeace mengatakan telah ada izin keluar untuk lahan gambut di Semenanjung Kampar berupa hak pengusahaan hutan (HPH) dan izin penanaman hutan tanaman industri (HTI). Namun, Ia mengingatkan apabila terdapat bukti yang menunjukkan adanya perusahaan yang beroperasi di lahan gambut dengan kedalaman lebih dari tiga meter, izin perusahaan tersebut akan dicabut.
“Pemberian izin itu ada aturannya, yaitu sejauh lahan gambut yang dialihfungsikan tidak melebihi tiga meter,” kata Darori. “Saya tidak antikritik. Kalau ditemukan data gambut yang melebihi tiga meter, izin HPH dan HTI akan dicabut.”tambahnya.
Menurut Bustar, area lahan gambut di Semanjung Kampar sangat dalam dan dari perspektif iklim, sosial serta keanekaragaman hayati lahan disana harus dilindungi.” Perusakan terhadap area seperti ini yang membawa Indonesia menjadi negara ketiga pencemar iklim di dunia setelah Amerika Serikat dan Cina,” kata Bustar.
”Kami mendesak Presiden Yudhoyono untuk memerintahkan Menteri Kehutanan agar segera mencabut izin APRIL untuk memenuhi komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca.” Harapnya.
Menurut Bustar, Greenpeace sengaja mendirikan ‘Pos Pembela Iklim’ di jantung Semenanjung Kampar untuk memperlihatkan kepada para pemimpin dunia bahwa untuk menghindari krisis iklim, mereka harus melawan deforestasi.
Kegiatan tersebut lanjut Bustar akan dilakukan selama beberapa minggu ke depan menjelang konferensi Iklim di Kopenhagen. Greenpeace dan masyarakat di Semanjung Kampar akan terus membangun bendungan di area Semenanjung Kampar yang lahan gambutnya menyimpan 2 miliar ton karbon.
“Kami mengambil aksi untuk menghentikan perubahan iklim di hadapan perusakan hutan. Untuk menarik mundur dunia dari tebing krisis iklim, kita memerlukan Obama, Merkel, Sarkozy, Brown dan para pemimpin dunia lainnya untuk berkomitmen memotong drastis emisi dari bahan bakar fosil dan menyalurkan dana kritis yang diperlukan untuk mengakhiri deforestasi. Jika mereka gagal, kita akan menghadapi kepunahan spesies, banjir, kekeringan dan kelaparan pada masa hidup kita,” lanjut Bustar. (Marwan Azis).