BERLING–, BMKG membenarkan bahwa saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami musim pancaroba. Musim ini merupakan fase peralihan, menandai berakhirnya musim kering, menuju musim basah, demikian sebaliknya. Gejala ikutan, berupa terjadinya angin puting beliung, merupakan dampak yang mesti diwaspadai masyarakat.
Perubahan musim ini (baca: pancaroba) terjadi dalam satu hingga empat minggu, diakibatkan oleh uap air yang naik. Namun kondisinya belum terlalu melimpah. Lalu, akibat adanya daya dorong dari atas, ditambah proses kondensasi, menimbulkan terciptanya butiran es dalam jumlah besar. Setelah itu, akan terbentuk petir, kilat dalam jumlah banyak. Di kawasan tropis, hujan es tersebut akan bertabrakan dengan molekul udara.
“Itu sebabnya mengapa hujan yang turun saat pancaroba, selalu lebih dingin di banding waktu-waktu biasanya. Bahkan kadang-kadang masih dalam butiran es”, ungkap Drs.Soetamto MSi, Ka bid. Bidang Perubahan iklim BMKG di Jakarta (26/10).
Selain itu, dampak ikutan yang perlu diwaspadai adalah munculnya angin puting beliung di kawasan-kawasan yang sempit dengan volume air yang cukup banyak. Uap air yang belum melimpah akan membentuk tiang awan dalam ruang yang sempit.
“angin puting beliung ini harus diwaspadai, karena terjadinya selalu disertai hujan deras. Waktu terjadinya juga cuma sebentar. Paling-paling 10-20 menit. Karena itu masyarakat mesti menjauhi pohon besar ataupun benda-benda yang bentuknya besar agar terhindar saat rubuh sewaktu-waktu” lanjut Soetamto.
Sedangkan untuk kawasan DKI Jakarta, perubahan musimnya sangat berbeda antara kawasan di utara Jakarta dengan kawasan selatan. Sejak dulu kedua kawasan ini selalu menunjukkan karakteristik tersendiri. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh angin laut yang terdorong keselatan. Itu sebabnya, musim basah di sebelah selatan selalu lebih dahulu ketimbang kawasan utara Jakarta.
“saat ini, musim basah di kawasan selatan, baru akan mulai di bulan November, sedangkan untuk kawasan di utara akan terjadi pada bulan Desember”, tuturnya.
Biasanya musim pancaroba jatuh pada sore hingga malam hari, dengan kondisi hujan yang tak menentu. Secara umum gejalanya dapat ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu yang cukup tajam di pagi hari, berlanjut dengan terbentuknya awan seperti bunga-bunga kol yang lambat laun berubah pekat. Tak lama kemudian hujan deras segera turun.
Meski saat ini belum memasuki musim penghujan, bukan berarti hujan tidak akan turun. “hujan tetap akan turun, namun tingginya tidak akan lebih besar dari 50mm”, tandasnya. (jacko_agun)