Jakarta,BERLING- Earth Journlism Network dan The Society of Indonesian Environmental Journalists mengharapkan agar pihak media memberikan ruang bagi pemberitaan lingkungan hidup.
Menurut James Fahn dari Global Director and Senior Technical Advisor, Environmental Programs, Earth Journlism Network, Isu lingkungan dan penanganannya terhadap kerusakannya saat ini telah menjadi perhatian besar secara global, tapi sayangnya media masih menganggap isu lingkungan isu pinggiran.
Tinggi laju kerusakan lingkungan akibat pemanasan global seperti yang terjadi pada terumbu karang di beberapa wilayah perairan Indonesia. Kini dan akan datang bila pemerintah serta masyarakat tidak melakukan tindakan yang manjur. Dipercaya akan mendatangkan bala bencana yang tak terkira dahsyat kerusakannya. Dengan maraknya tanda-tanda kerusakan tersebut, diharapkan agar jurnalis bisa mengambil peran yang lebih besar dalam membantu penyebaran informasi lingkungan lewat media.
Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam kelak akan mengalami bencana lingkungan. “Banyak pertambangan yang sebenarnya tidak sadar dengan konsep ramah lingkungan. Dulu ada Bappedal yang berfungsi sebgai pengawas kerja penangan tata ijin pabrik, lembaga ini bahkan punya pengaruh yang besar. Pabrik bisa ditutup jika nyata-nyata melakukan pencemaran terhadap lingkungan,” ujar Harry Surjadi, mantan wartawan Kompas ini yang saat ini dipercaya sebagai Direktur The Society of Indonesian Environmental Journalists.
Berkurangnya wewenang lembaga negara atas pengawasan lingkungan kini diperparah dengan ‘mandulnya’ peran Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Tak heran jika James Fahn pun menegaskan peran penyelamatan lingkungan akan menjadi sangat berarti bila negara pun dilibatkan. Tidak semata-mata (peran penyelamatan lingkungan) hanya dilakukan oleh masyarakat semata. “Banyak faktor yang mengikuti menghalangi kampanye penyelamatan lingkungan. Masalah keamanan, ketersediaan energi yang terus menerus dibutuhkan oleh pihak industri, belum lagi migrasi penduduk akibat terjadi kerusakan lingkungan yang juga harus dijadikan perhatian utama di masa yang akan datang,” imbuh James Fahn saat tampil sebagai pembicara dalam pertemuan dengan puluhan jurnalis lingkungan di Jakarta, Rabu (11/8) lalu.
Di masa yang akan datang, baik masyarakat dan negara (Kementerian Negara Lingkungan Hidup) wajib diberi peran besar. Jadi bukan lantaran negara sedang memperkuat sektor ekonomi. Perkara penyelamatan lingkungan diabaikan begitu saja. Padahal dimasa yang akan datang bencana akibat lalai dalam menyelamatkan lingkungan niscaya terjadi. Baik Harry Surjadi maupun James Fahn, menyarankan agar kampanye tentang penyelamatan lingkungan harus dijadikan isu utama, selain urusan kemakmuran ekonomi dan demokrasi. ADRIAN SYAHALAM