Jakarta, Greenpress—Conservation International (CI) Indonesia setelah berhasil mengembangkan program konservasi di berbagai daerah di Indonesia seperti Raja Ampat Papua Barat, Kaimana dan Membramo. Kini CII melebarkan site kerjanya ke Anambas dan Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
Pulau Anambas dan Natuna merupakan pulau kecil terluar dari territorial Indonesia letaknya sangat strategis antara Semenanjung Malaysia, Kepulauan Bintan dan Kepulauan Riau. Disebelah barat pulau ini terdapat negara Vietnam sedangkan di bagian utaranya terdapat negara Kamboja, Kalimantan (Indonesia dan Malaysia) dan Singapura.
“Pengetahuan kita sangat terbatas tentang keanekaragaman hayati baik darat maupun laut yang ada di dua kepulauan tersebut,” kata Dr Jatna Supriatna, Regional Vice President CI Indonesia. Oleh karena itu, CI Indonesia bersama para mitranya ingin mengkaji wilayah laut dan daratan di Kepulauan Anambas dan Natuna untuk kepentingan kehidupan jangka panjang di kedua pulau tersebut.
Hasil survey CI Indonesia melaporkan bahwa Pulau Anambas dan Natuna sangat kaya dengan sumber daya alam, khususnya dengan sumber minyak dan gas. Ladang Gas Natuna di sebelah utara dan selatan pulau itu, mempunyai cadangan 222 triliun kubik gas, dan merupakan salah satu cadangan gas terbesar di dunia. Pulau Matak di Anambas, sekarang ini menjadi pangkalan eksplorasi minyak.
Disamping itu, karena letaknya yang strategis, kedua pulau ini menjadi perlintasan penting kapal-kapal perdagangan yang melintas di kawasan selatan Asia termasuk: Jepang, Eropa, Amerika, Vietnam, Kamboja , Cina dan kapal-kapal asing lainnya yang melintasi perairan internasional menuju Selat Malaka.
Akibatnya perairan dimana pulau ini berada menjadi kawasan yang sibuk, sekaligus mempunyai resiko tinggi yang berdampak pada kehidupan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Oleh sebab itu tentu memerlukan perhatian serta manajemen lingkungan jangka panjang.
Kepulauan ini juga mempunyai kekayaan laut dan potensi keanekaragaman hayati yang tinggi dan belum banyak diketahui keberadaannya. Di Pulau Natuna misalnya dijumpai beberapa spesies darat yang endemik seperti kekah natuna Presbytis natunae, kukang Nycticebus coucang natunae, dan kera ekor-panjang Macaca fascicularis pumila. Tiga primata tersebut hanya dijumpai di Pulau Natuna.
Di lautnya dijumpai pula beberapa jenis hewan yang terancam punah seperti duyung Dugong dugong, penyu belimbing Dermochelys coreacea, dan buaya muara Crocodilus porosus. Begitu pula dengan tumbuhan, Pulau Natuna ternyata kaya akan jenis-jenis tumbuhan, terutama pohon yang bernilai ekonomis tinggi dari jenis-jenis Dipterocarpaceae. Pulau yang letaknya jauh terpisah dari Pulau Sumatera ini juga memiliki beragam tipe vegetasi, diantaranya hutan primer pegunungan, hutan kerangas, hutan rawa, dan mangrove.
CII bersama dengan National University of Singapore (NUS), United in Diversity (UID), Pemerintah Daerah Anambas dan Natuna, Pemda Propinsi Kepulauan Riau, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lembaga Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan, selama dua hari akan mendiskusikan tentang potensi ekologi dan pembangunan berwawasan lingkungan untuk Pulau Anambas dan Natuna. Kegiatan tersebut berlangsung di hotel Penisula Slipi Jakarta Barat.
Pertemuan yang berlangsung mengusung tema: “Building Environment to Support Ecology in Anambas – Natuna,” dalam upaya mengekplorasi potensi pemahaman tentang kekayaan hayati laut dan darat dua pulau itu untuk konservasi dan pembangunan jangka panjang.“Forum ini merupakan upaya untuk mendapatkan pertukaran informasi tentang kekayaan hayati, kondisi sosial ekonomi dan ekologi termasuk kehidupan masyarakat dan juga rencana kedepan untuk melestarikan pulau ini,” tambah Jatna Supriatna lagi.
Acara tersebut dihadiri oleh beberapa pihak terkait antara lain: Prof. Peter Ng – National University of Singapore, Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, Prof Dr. Syamsul Maarif – Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, DKP, Prof. Dr. Jana Anggadiredja – Deputi Kepala BPPT Bidang Pengkajian dan Kebijaksanaan Teknologi, Prof. Dr. Endang Sukara – Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan LIPI, Dr. Sri Janti Wibisana – Bappenas, dan Greenpress dan Perkumpulan Skala dan NGI Indonesia. (Marwan Azis).
Hijau Bumiku, Biru Lautku…, stop pembalakan hutan dan penggunaan pukat harimau di laut Anambas. Suskses untuk C I.