JAKARTA, RABU — Keadaan awan bersih mendukung radiasi matahari berlangsung sangat optimal, terutama di wilayah-wilayah dengan koordinat paling dekat dengan matahari, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Ini menyebabkan suhu menyengat beberapa pekan terakhir di wilayah-wilayah itu.
”Dari tinjauan klimatologis, suhu tinggi seperti sekarang, terutama di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, masih normal,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Widada Sulistya, Selasa (21/10) di Jakarta.
Sesuai data BMKG, suhu tertinggi terakhir kali tercatat pada Jumat di Stasiun BMKG Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat—38 derajat Celsius. Suhu tinggi berulang kali terjadi di Jatiwangi beberapa pekan terakhir.
Suhu di Jakarta, kemarin dan beberapa hari sebelumnya, paling tinggi 35 derajat Celsius. Panas ini cukup mengganggu aktivitas. Widada mengatakan, beberapa bulan lalu di Jakarta sudah turun hujan dan kini merasakan terik matahari. Hujan itu, menurut dia, karena gangguan adanya siklon tropis di perairan Filipina.
Awan tebal
Sebagian kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan mengalami suhu 33-35 Celsius meski sudah memasuki awal musim hujan. Suhu panas antara lain karena pelepasan suhu permukaan bumi-laut tertahan dan dipantulkan kembali oleh awan tebal.
Di sisi lain, musim pancaroba juga mengakibatkan pertemuan arus angin tenggara dengan angin barat daya-barat laut. Pertemuan ini membentuk semacam pusaran angin yang diistilahkan sebagai ”punpun angin” yang membentuk awan aktif.
”Punpun angin perlu diwaspadai karena berpotensi memunculkan puting beliung atau angin kencang,” katanya.
Menurut Kepala BMKG Stasiun Kenten Kota Palembang M Irdham, kemarin, wilayah Sumsel yang mengalami suhu panas, antara lain, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Induk, Muara Enim, dan Kabupaten Musi Banyuasin.
Menurut dia, pada akhir musim pancaroba biasanya banyak muncul awan tebal, Nimbostratus (Ns) atau Cumulonimbus (Cb). Awan-awan tebal ini menghalangi pelepasan suhu ke atmosfer sehingga panas dari bumi dipantulkan kembali ke bumi. (NAW,ONI/Kompas)