Konawe-Greenpress-Bencana banjir di Konawe Selatan bukan saja menenggelamkan ratusan rumah warga dan lahan perkebunan, tetapi juga sarana vital lainnya ikut rusak. Hal yang paling parah adalah putusnya jalur transportasi yang menghubungkan Moramo-Kolo-Punggaluku. Jalan yang berstatus jalan nasional ini mengalami longsor di dua tempat, yakni, di Desa Ulusena, Kecamatan Kolono dan Desa Laiena, Kecamatan Lainea. Di ruas jalan ini, kendaraan roda dua dan empat segala jenis tak dapat lewat. Sepanjang 30 meter jalan yang posisinya di tebing, ambrol di jurang yang kedalamannya lebih dari 50 meter.
Selain itu, aliran listrik di wilayah Konawe Selatan bagian Timur ini padam akibat beberapa tiang listrik roboh dan jembatan putus. Parahnya lagi, jalan tidak dapat dilalui kendaraan roda empat jenis apapun. Putusnya jalan yang mengubungkan Kecamatan Kolono dengan kecamatan lainnya mengancam masyarakat di 26 Desa itu terancam terisolir.
Bencana ini langsung ditinjau Bupati Konsel, H Imran didampingi sejumlah pejabat daerah ini. Kepala Bappeda, Ir Syarif Sajang dan sejumlah staf langsung melakukan penghitungan dan langkah-langkah yang akan dilakukan. Dalam tinjauannya di Desa Ulusena jalan yang tertimbun tanah longsor mencapai 30 meter. Kendaraan roda empat dan roda dua baik yang menuju Kolono atau menuju Moramo bertumpuk sejak dua hari lalu, sementara alat berat yang didatangkan dari Provinsi baru mulai bekerja menggusur tanah yang menimbun badan jalan.
“Inilah yang harus kita tangani langsung. Masyarakat Kecamatan Kolono terancam terisolir dan rawan pangan. Karena itu seluruh alat berat milik Konsel diturunkan cepat untuk membantu alat berat yang sudah ada dari provinsi,” ungkap Imran seperti dilansir Kendari Pos kemarin.
Sambil menunggu alat berat menggusur longsoran tanah, dua unit kendaraan roda dua yang tertanam di lumpur terpaksa harus ditarik dengan menggunakan kendaraan Dinas Bupati, DT 1 H dibantu alat berat milik Pemerintah Provinsi. “Lihat mobil Dinas Bupati saja dipakai untuk menarik mobil yang tertanam, kalau tidak kita akan tinggal sampai tanah longsoran selesai di kupas,” ujar salah seorang sopir angkutan umum, kemarin.
Setelah menunggu lama, rombongan bupati melanjutkan perjalan ke Desa Puupi untuk meninjau jalan putus yang mencapai 60 meter. Jalan tersebut menghubungkan Kecamatan Lainea-Kolono. “Lihat kondisi longsoran, kendaraan roda dua saja sulit untuk lewat, karena itu penanganannya harus secapatnya dilakukan dengan menggunakan APBD Konsel. Walaupun ini jalan nasional dan tanggung jawab provinsi, Pemda Konsel harus cepat menanggulanginya walaupun itu untuk sementara. Yang terpenting mobil angkutan dapat melintas khusnya yang mengangkut sembilan bahan pokok,” ungkap orang nomor satu di Konsel itu kepada wartawan.
Begitupun dengan jembatan Andinete yang nyaris putus, akan secepatnya dibangunakan jembatan darurat. “Kalau tidak seperti ini, masyarakat Kolono terancam terisolir dan rawan pangan. Hal itu disebabkan tidak bisanya masuk kendaraan roda empat untuk mengangkut sembako. Selain itu juga di Kolono sudah tiga hari listrik padam,” katanya.
Mantan Sekda Konawe itu mengatakan, jalan yang menghubungkan Kota Kendari-Kolono-Lainea via Moramo merupakan jalan nasional dan tanggungjawab Pemerintah Provinsi. Hanya saja jalan tersebut dilalui oleh masyarakat Konsel, maka pemerintah daerah berkewajiban untuk melakukan penanganan secara intensif. “Konsel hanya membuka saja dan membangun sementara, sambil menunggu bantuan dari pemerintah provinsi,” katanya.
Usman, salah seorang warga yang ditemui mengatakan, longsor yang memutusakan jalan menuju Lainea dan Moramo sudah berlangsung tiga hari, jika ini tidak segera mendapat penanganan, masyarakat Kecamatan Kolono terancam. Karena tidak dapat keluar baik ke Kota Kendari maupun ke Andoolo. “Di Kolono juga kebanjiran. Kami butuh sembako,” katanya.
Warga Desa Ulusenna itu berharap, pemerintah provinsi dan Pemkab Konsel cepat memperbaiki jalan yang putus, termasuk beberapa jembatan yang terancam putus.
Usai meninjau jalan yang longsor sepanjang 60 meter di Desa Lainea, rombongan Bupati melanjutkan tinjauannya di Desa Laeya yang juga terkena bencana banjir beberapa hari lalu. Untuk sampai di Desa Ambesea tempat Posko penanggulangan korban banjir, rombongan Bupati harus jalan kaki sekitar 1 km, untuk kemudian mendapat jemputan di Desa Lainea. Sementara kendaaran yang digunakan sebelumnya terpaksa kembali ke Kota Kendari.(era/ong/Kendari Pos)