Mamuju, Greenpress – Keindahan hutan di daerah kawasan provinsi Sulawesi Barat, kini menjadi kenangan pahit, khususnya di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat (Sulbar). Pembalakan liarpun yang kian merajalela dan menjadi lahan empuk yang ditengarai melibatkan oknum pejabat daerah itu.
Ilegal loging telah menjadi bisnis yang menggiurkan serta dapat menuai keuntungan yang menjanjikan pula. Kondisi inilah yang tengah mengejawantah dan sulit untuk ditindaki oleh aparat hukum.
Rimbunan hutan tak lagi menjadi penghias daerah ini, sehingga yang kerap terlihat di kawasan hutan tersebut hanyalah kegundulan yang dapat mengakibatkan dampak kerusakan lingkungan dan banjir yang mengancam.
Yang mengherankan masyarakat setempat,, para pembalak maupun pengusaha kayu illegal ini, seakan tak pernah gentar dengan aturan hukum yang siap menerjang mereka. Malah, kegiatan pengrusakan lingkungan ini seakan aman dari jangkauan jeratan hukum.
Karena itu timbul dugaan, kalau para pembalak itu dalam melakukan aksinya mencuri hasil kekayaan hutan, telah dimotori oleh para cukong yang memiliki andil besar terhadap bisnis kayu antar negara.
Apalagi kualitas kayu eboni yang ada di hutan Mamuju, menjadi kayu andalan beberapa negara tetangga. Apalagi harga kayu-kayu tersebut terbilang murah, sehingga menjadi sasaran ekspor dengan tujuan Negeri Jiran, Malaysia.
Menurut informasi yang dihimpun Indo Tim, keterlibatan pembesar di Mamuju dalam ekspor kayu ebony tersebut semakin diyakini. Seperti halnya dari pengakuan beberapa masyarakat yang bermukim di sekitar hutan Mamuju mengakui, pembalakan liar tersebut, sudah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan oleh para pembalak kayu.
“Malah hasil jarahan mereka yang siap untuk dijual kebeberapa cukong, sudah diketahui aparat dari instansi yanmg bersangkutan. Jadi kuat dugaan, para pembalak kayu dan cukong tersebut telah mendapat perlindungan dari oknum pejabat yang bertugas melestarikan hutan,” ungkap salah seorang warga yang meminta untuk dirahasiakan identitasnya.
Menurutnya, pembalakan liar tersebut seakan dilindungi oleh petugas kehutanan, sehingga aksi pembalakan kayu berjalan dengan lancar “Yah kondisi demikian di daerah kami sudah menjadi hal yang biasa. Kalau hukum mau ditegakkan, maka untuk mengungkap para pelaku pembalakan liar itu tidaklah sesulit membalikkan telapak tangan,” tambah sumber layak percaya ini.
Dalam kurung waktu satu tahun terakhir ini, tak lagi terdengar kabar, kalau di Mamuju telah ditangkap pembalak kayu liar. Pada hal setiap harinya para pembalak merajalela dan para cukong aman menjalankan bisnis mereka untuk mengeksploitasi kayu ebony ke Negeri Jiran. Bahkan terdengar kabar, kalau pejabat dilingkup Dinas kehutanan , telah terlibat dalam bisnis illegal loging dengan meraup keuntungan ratusan juta per satu kali ekspor. (Zulkifli/Andi Ahmad)