Ada sebuah artikel yang cukup kritis yang diposting di situs pnlh.walhi.or.id yang menyoroti prilaku para aktivis lingkungan yang saat ini tengah mengadakan PNLH) X (WALHI) yang bertempat di Pasar Seni Gabusan, Bantul Jogjakarta, forum itu tak hanya diwarnai teriakan dan semangat anti-neoliberal, namun juga asap rokok yang selalu mengepul di setiap sudut ruangan. Berikut ulasanya.
Rasanya sulit untuk menemukan forum-forum diskusi di ajang Pertemuan Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) X Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) tanpa ada asap rokok yang mengebul.
Pertanyaannya kemudian adalah tidakah para aktivis lingkungan dari 25 propinsi ini yang pernah membaca, mendengar dan melihat berita tentang bahaya rokok bagi kesehatan? Mungkin artikel yangberjudul “Racun dalam Sebatang Rokok” oleh Dr.Ir.M. Romli, M.Sc (http://fahmicmdw.blogspot.com/2008/01/racun-dalam-sebatang-rokok.html) dapat menjadi bahan bacaan.
Bahkan beberapa artikel sudah mengemukakan bahwa bahaya rokok bukan hanya akan menimpa para penghisapnya namun juga orang yang ada di dekat para penghisap rokok tersebut.
Jika kita bicarasoal hak asasi manusia untuk menikmati kesehatan, apakah tindakan para penghisap rokok tersebut tidak melanggar HAM dari orang yang memilih untuk tidak merokok namun karena sesuatu hal harus berdekatan dengan para perokok? Bukankah menurut Walhi hak atas lingkungan adalah bagaian dari hak asasi manusia?
Beberapa waktu yang lalu koalisi organisasi masyarakat sipil termasuk organisasi lingkungan hidup di Jakarta pernah mendesak pemerintah segera menandatangani FCTC (Framework Convention on Tobacco Control), sebagai bentuk perlindungan kesehatan masyarakat dari bahaya keserakahan para pemilik modal di industri rokok (http://satudunia.oneworld.net/article/view/149229/1/). Betapa tidak, para pemilik modal dalam industri rokok telah memperkaya diri mereka tanpa mempedulikan naiknya biaya kesehatan masyarakat akibat bahaya racun asap rokok.
“Hmm…suatu saat nanti mungkin kita bisa berharap bahwa PNLH Walhi kedepan tidak ada lagi asap rokok yang mengebul. Tidak ada lagi kemenagan industri rokok di atas pemiskinan dan penderitaan warga karena meningkatnya biaya kesehatan…semoga,”harap Firdaus Cahyadi sang penulis artikel tersebut.
Nampaknya pelestarian lingkungan yang selama ini digaungkan para aktivis masih sebatas wacana, minim teladan, tak mengherankan semakin banyak yang mengaku aktivis lingkungan, laju kerusakan lingkungan juga makin menjadi-jadi.