PNLH X Walhi, Jogjakarta. Orang-orang muda yang berkumpul dalam konferensi kaum muda di acara PNLH X Walhi (18/4) sedang menumpahkan keresahannya dengan berbagai produk kebijakan yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat dan ekologi. Fadjroel Rahman, salah satu pembicara dalam acara tersebut mendorong kaum muda untuk merebut negara.
“Para politisi tua seperti Megawati Soekarnoputri dan Sri Sultan Hamengkubuono X harus dikalahkan oleh orang-orang muda dalam pemilihan presiden tahun 2009 mendatang,” ujar Fadjroel Rahman. Menurut Fadjroel, saat ini sedang tumbuh generasi muda yang memiliki keinginan keras untuk merebut negara. “Daripada hanya berteriak-teriak atau bernegosiasi dengan negara, mengapa kita tidak rebut saja negara itu sendiri. Setelah itu, kebijakan-kebijakan negara kita sesuaikan dengan idealisme kita yang pro-rakyat,” tegasnya.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kaum muda menjadi gamang untuk merebut kepemimpinan politik. “Di saat Orde Baru kesempatan untuk memimpin sangat dibatasi, terlebih saat Dewan Mahasiswa (Dema) dibubarkan,” jelasnya. Setelah rejim Orde Baru tumbang, beberapa tindakan pemerintah yang tidak memberikan kesempatan terhadap kaum muda untuk menjadi pemimpin masih terjadi. Menurut laporan SatuDunia, salah satu cara untuk mematikan kepemimpinan kaum muda melalui tindakan represif (kekerasan) termasuk terhadap pemimpin muda dalam organisasi rakyat seperti petani (http://satudunia.oneworld.net/article/view/159498/1/).
Untuk merebut kepemimpinan politik oleh kaum muda itulah, kini Fadjroel sedang membongkar prosedur demokrasi. “Kita sedang memperjuangkan agar DPD tetap dari perseorangan dengan kedudukannya sejajar dengan DPR, dibukanya kemungkinan perseorangan untuk masuk DPR dan dibukanya calon perseorangan pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2009,” ujarnya. Perjuangan untuk memasukan calon persorangan menjadi pejabat politik dinilai Fadjroel sebagai salah satu tahapan bagi orang muda untuk merebut kepemimpinan politik. “Hal itu disebabkan orang muda yang idealis akan sangat sulit untuk memasuki partai politik karena tidak bisa terlalu menunduk (menjilat, red) pada pimpinan partai,” jelasnya.(Firdaus Cahyadi)