NEW YORK, JUMAT – Pemerintah Amerika Serikat akan segera mengucurkan hibah awal sebesar 4,35 juta dollar AS untuk mendukung pelaksanaan “Coral Triangle Initiative” (CTI). Program ini ditujukan untuk menyelamatkan terumbu karang meliputi wilayah segitiga terumbu karang yang mencakup enam negara, Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Solomon Island.
Hibah dari AS itu akan segera mengucur segera setelah Rencana Aksi CTI selesai disusun, demikian menurut Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan-Departemen Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. Indroyono Soesilo, di Washington D.C., Kamis malam atau Jumat siang WIB, mengenai hasil kunjungan di AS.
Di Washington, Indroyono Soesilo memimpin delegasi yang terdiri dari Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil-DKP Prof.Dr.Syamsul Maarif, dan penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan Prof.Dr.Hasyim Jalal dalam kunjungan selama 22-24 Januari untuk menindaklanjuti CTI.
Indroyono belum menyebutkan secara pasti tentang kapan kucuran bantuan 4,35 juta dolar dari AS akan turun. Namun Indonesia sebagai pemrakarsa CTI saat ini tengah menyelesaikan Rancangan Aksi CTI yang kemudian akan dibahas pada Pertemuan Pejabat Tinggi CTI ke-2 di Manila pada awal Mei 2008 mendatang serta Pertemuan Menteri-menteri CTI pada Oktober 2008.
Program pelaksanaan CTI ditargetkan dapat dicanangkan pada KTT-CTI yang akan berlangsung bersamaan dengan World Ocean Conference di Manado Mei 2009.
Dalam kunjungannya di Washington, delegasi yang dipimpin Indroyono melakukan serangkaian pertemuan bilateral dengan para pejabat beberapa lembaga pemerintah AS seperti USAID, Departemen Luar Negeri, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) serta lembaga swadaya masyarakat termasuk World Wide Fund (WWF), The Nature Conservancy (TNC) dan COnservancy International (CI) guna mendapat dukungan pelaksanaan CTI.
Indroyono mengatakan, pada pertemuan ICRI 2008 tersebut, CTI telah masuk sebagai salah satu dari tiga program program kawasan penyelamatan terumbu karang dunia yang perlu didukung selain program Micronesian Challenge dan program The Caribbean Challenge Marine Initiative.
Upaya mendapat dukungan dari kalangan legislatif AS juga dilakukan oleh Duta Besar Indonesia untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat, yang bersama anggota Parlemen AS Mark Kirk pada Rabu (23/1) menggelar Resepsi Khusus CTI di Gedung Parlemen AS di Washington, Capitol Hill.
Menurut Mark Kirk, anggota parlemen dari Negara Bagian Illinois, Parlemen AS telah menyelesaikan Undang-Undang tentang Penyelamatan Hutan Tropis. Indroyono mengungkapkan bahwa CTI masuk dalam program utama legislasi AS mendatang karena Parlemen AS akan segera mencurahkan perhatiannya untuk menyusun Undang-Undang Penyelamatan Lingkungan dan Sumberdaya Laut.
CTI adalah inisiatif Indonesia bagi penanggulanan perubahan iklim global. Program tersebut telah dideklarasikan oleh para Pemimpin Negara-Negara APEC di Sydney pada September 2007.
Sedangkan kerangka Rencana Aksi CTI dan Peta Jalan CTI telah disepakati oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor Leste, Papua Nugini dan Solomon Islands (CT-6)pada Program Paralel Pertemuan PBB tentang Perubahan Iklim, COP-13 UNFCCC, Desember 2007 di Bali.
CT-6, seperti yang dipaparkan Indroyono, merupakan wilayah dengan keanekaragaman hayati laut paling kaya di dunia, yaitu seluas 61.000 kilometer persegi. Kawasan itu itu mengandung lebih dari 500 jenis terumbu karang dan 3.000 jenis ikan.(ANT/WAH)