Nusa Dua, Greenpress-Menyusul alotnya perdebatan antara Uni Eropa beserta Amerika Serikat (AS), Jepang dan Kanada di sisi lainnya, maka penutupan Konferensi Perubahan Iklim PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), Jumat (14/12) siang, jadi ikut molor.
Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer mengakui masih alotnya perdebatan. Akibatnya, Presiden COP 13 Rachmat Witoelar terpaksa memecah peserta menjadi dua kelompok panel.
Kelompok pertama berisi 20 negara bertugas untuk membahas soal mitigasi, adaptasi, teknologi dan pendanaan yang akan tertuang dalam naskah bersama Bali Roadmap. Kelompok ini dipimpin oleh Menteri Lingkungan Hidup Argentina.
Sementara, kelompok kedua bertugas membahas materi pembukaan Roadmap Bali. “Salah satu hal penting dalam pembukaan pernyataan sikap bersama itu adalah menghubungkannya dengan rekomendasi Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC),” kata Yvo siang tadi.
Kedua kelompok itu diharapkan dapat menyelesaikan pekerjaannya pada pukul 14.00 WIT. Dengan demikian waktu penutupan konferensi UNFCCC bakal molor hingga petang hari. Padahal sebelumnya Yvo mengatakan negoisasi UNFCCC akan ditutup siang ini, walau tidak tercapai kesepakatan.
IPPC
Rekomendasi IPCC menurut Yvo sangat penting masuk di pendahuluan. Karena di sana tertuang tuntutan IPPC pada negara maju untuk menurunkan tingkat emisi 25-40 % pada tahun 2020. Sementara, poin inilah yang menjadi pangkal perdebatan panas antara Uni Eropa dan AS yang didukung Jepang serta Kanada.
Uni Eropa sendiri menyetujui rekomendasi IPCC dan meminta hal itu segera dilaksanakan negara maju. Keputusan itu menurut Uni Eropa harus diambil di Bali untuk menjadi peta jalan sebelum pertemuan di Denmark tahun 2009. Sedangkan posisi AS jelas sebaliknya.
AS menolak ketentuan itu dituangkan dalam Bali Roadmap. Namun justru dibicarakan dalam pertemuan lain pasca UNFCCC Bali. Apalagi AS, dengan dukungan Jepang dan Kanada, merasa masih ada waktu dua tahun lagi.
Uni Eropa
Dalam penjelasan pers singkatnya pukul 12.00 WIT, Komisioner Uni Eropa Stavros Dimas menyatakan waktu perundingan UNFCCC sudah hampir habis. “Waktu kita kini tak banyak lagi,” ujarnya.
Menurut Stavros ada dua isu yang menjadi perhatian Uni Eropa. Pertama, kepemimpinan negara maju dalam capacity building dan transfer teknologi bersih ke negara berkembang.
Sedangkan isu lainnya adalah pakta yang tertuang dalam Bali Roadmap harus mengacu pada rekomendasi IPPC. “Kami harus memastikan pakta yang kita buat di Bali tetap konsisten mengacu pada rekomendasi IPPC,” tegasnya. (By E Haryadi/CSF)