Nusa Dua, Greenpress- Walau draft sementara Roadmap Bali sudah dibuat, namun hingga pukul 11.14 WIT, Sabtu (15/12) siang, Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) tak berhasil mengesahkan sekaligus menutup UNFCCC. Konferensi terus-menerus molor dan bertele-tele tanpa diketahui kapan akan ditutup.
Ketua COP 13 Rachmat Witoelar dan Sekretaris Eksekutif Yvo de Boer awalnya membuka rapat di ruang Plenary I pada pukul 11.00 WIT. Namun saat hendak memulai agenda rapat untuk mengesahkan draft Roadmap Bali sekaligus menutup UNFCCC, muncul protes dan interupsi dari delegasi.
Protes dari peserta sidang muncul dari kelompok negara berkembang (G-77) seperti India, China dan Pakistan.
Salah satu keberatan peserta adalah ketidakhadiran ketua kelompok negara berkembang (G-77) + China, Munir Akram. Untuk itu ia meminta agar Rachmat menunda pembukaan sidang seraya menunggu kehadiran Ketua G-77 + China yang dinyatakan masih bernegoisasi.
Protes kedua muncul dari delegasi China. Mereka mempersoalkan kehadiran beberapa Menteri Indonesia dalam pembahasan draft alhir Roadmap Bali. Maka mereka menuntut Sekretariat PBB meminta maaf.
Terakhir, usulan datang dari delegasi Pakistan. Delegasi Pakistan meminta agar Ketua COP 13 menunda sidang tanpa batas waktu seraya menunggu negoisasi antara G-77 + China, Uni Eropa dan AS selesai.
Akhirnya usulan menunda itu disetujui Rachmat Witoelar selaku pimpinan sidang. Sidang ditunda. Dan pengesahan Bali Roadmap serta penutupan UNFCCC masih menggantung tanpa kejelasan.
Padahal, konferensi ini awalnya dijadwalkan akan ditutup pada Jumat siang kemarin. Namun terus molor hingga berita ini ditulis.
Namun dalam jumpa persnya kemarin, Ketua G-77 + China Munir Akram menyatakan kecewa karena draft Bali Roadmap tak memuat ketentuan pengurangan emisi 25-40 % emisi karbon bagi negara maju hingga 2020.
Sementara, menurut saintis yang tergabung di IPPC, bila hal ini tak dilakukan segera maka kenaikan suhu bumi sebanyak 2 derajat Celcius tak bisa dielakkan. Salju di kutub Antartika akan mencair, permukaan air akan terus meningkat tiap tahunnya dan negara kepulauan bisa tenggelam.
Draft Bali Roadmap yang diedarkan UNFCCC pagi ini memang hanya berisi pernyataan umum. Juga tak memuat ketentuan pengurangan emisi 25-40 % bagi negara maju. Delegasi Uni Eropa yang semula ngotot, belakangan menyatakan sudah menerima kompromi agar poin itu tidak dimasukkan.
Amerika Serikat dengan dukungan Jepang dan Kanada, adalah tiga negara yang sejak awal berusaha agar ketentuan itu tidak tertuang di Bali Roadmap.(E Haryadi)