Amerika Serikat, Kanada dan Jepang yang sejak semula dinilai Climate Action Network berperan destruktif dalam Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) di Bali, akhirnya berhasil menjegal tuntutan keadilan iklim, Jumat (14/12) malam. Draft Roadmap Bali hanya berisi pernyataan umum, bukan tuntutan ke negara maju untuk mengurangi emisi karbon 25-40 % pada tahun 2020.
“Menurut perkiraan saya draft yang sampai sekarang masih dibuat, hanya sebatas berisi pernyataan umum. Draft tidak akan mencantumkan temuan saintis (IPPC, red). Terutama sekali tidak akan mengungkapkan apa dampak buruk yang terjadi jika kita terus menunda aksi,” kata Munir Akram, Ketua kelompok Negara Berkembang (G-77) dan China, dalam jumpa pers yang dimulai pukul 20.20 WIT tadi.
Munir sendiri menolak menyebut negara maju yang menolak memasukkan temuan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC) dalam pembukaan Roadmap Bali. Namun sebelumnya, AS, Jepang dan Kanada adalah tiga negara yang ngotot untuk menolak rekomendasi IPPC untuk penurunan kadar emisi 25-40 % –di bawah tingkat emisi tahun 1990– pada tahun 2020.
Dengan demikian, kata Akram, Laporan ke IV IPPC yang baru saja diganjar penghargaan Nobel, tak pantas diakui. Sebab, dengan mengakuinya, berarti semua negara maju harus memenuhi ketentuan tersebut. Apalagi, IPPC mengatakan 2020 adalah batas waktu bagi negara maju mengurangi emisi 25-40 agar mencegah temperatur bumi naik di atas 2 o Celcius.
“Ada beberapa negara yang bersikap agnotis, acuh tak acuh, terhadap temuan ilmiah IPPC. Sebab, jika mereka mengakui temuan IPPC maka mereka harus siap menjalankan rekomendasi IPPC,” ujarnya.
Pembuatan draft pernyataan bersama itu sendiri masih akan berjalan beberapa jam ke muka, kata Arkam. Dalam pembahasan itu pula Arkam membayangkan akan banyak terjadi kompromi.
Dan, ini artinya UNFCCC berbiaya Rp 144 miliar yang digelar sejak 1-14 Desember 2007, dan dihadiri 10.000 peserta serta 144 menteri dari 180 negara, tak lagi punya makna. Sebab, salah satu tujuan pertemuan UNFCCC adalah untuk mewajibkan negara maju untuk konsisten menyepakati penurunan emisi sebagai penyebab gas rumah kaca. (E Haryadi/CSF)