Gempuran aksi kembali menerpa acara Konferensi PBB di Nusa Dua, Bali. Hari ini, Selasa (11/12) sekitar pukul 15.00 WIT , gelombang aksi mewarnai pertemuan World Bank (Bank Dunia) di Grand Hyaat, Nusa Dua, Bali.
Aksi massa gabungan dari beberapa NGO’s baik local maupun internasional ini digelar di Hotel Grand Hyaat tepatnya di Karang Asem Ballroom. Sekitar 60 orang peserta aksi ini membentuk lingkaran sambil meneriakkan “ Carbon Trade is Genoside” dan “ World Bank HandsOff Of Forest”.
Di tengah ketatnya penjagaan aparat keamanan, aksi yang dilakukan oleh kelompok Climate Justice Movement ini tetap bisa berjalan. Aksi ini berlangsung setelah Ibu Negara RI, Ani Yudhoyono meninggalkan hotel Grand Hyaat.
“ Kelompok Climate Justice Movement terdiri dari beberapa NGO’s seperti Walhi (Wahana Lingkungan Hidup), FOE Internasional (Friends Of Earth), Sarekat Hijau Indonesia, Debt Watch, SPI (Solidaritas Perempuan Indonesia), AMAN serta Urban Group,” ujar Musfarayani, Aktivis Walhi.
Menurut Longgena Ginting, Aktivis FOE yang juga Koordinator aksi, tujuan aksi ini adalah menuntut World Bank untuk tidak memberikan utang lagi dan keluar dari acara UNFCCC. Karena World Bank merupakan calo perdagangan karbon yang paling utama.
“ Pemberian bantuan uang dari World Bank untuk konservasi hutan bukanlah solusi. Karena, hutan bukan hanya tempat menyerap karbon tapi juga tempat berbagi macam kehidupan seperti masyarakat adat dan juga keanekaragaman hayati yang lain. Program ini akan memperkecil akses masyarakat adat terhadap sumber kehidupannya,” tegas Longgena.
Selain itu, Longgena juga menambahkan bahwa World Bank menaruh investasi sebesar 2-3 Milliar Dollar AS di Industri Minyak yang menyumbang Emisi cukup besar.
“ World Bank benar-benar calo karbon. Dulu dia (World Bank-Red) mengusulkan 5% prosentase untuk perdagangan karbon. Sekarang malah naik prosentasenya sebesar 13%, oleh karenanya World Bank harus enyah!,” tegas Longgena lagi. (Wahyu Arifin/CSF),