Jika sebelumnya Emil Salim, Ketua Delegasi Indonesia sempat menerima tepuk tangan meriah saat berbicara di hotel Hyatt. Namun perlakuan berbeda diterima Emil saat berpidato di panggung Kampung CSO, masyarakat dan aktifis meneriakinya dengan sebutan komprador.
Awalnya acara tersebut berlangsung lancar, karena diawali dengan penampilan Franky Sahilatua yang membawakan beberapa buah lagu. Tak lama kemudian Emil Salim dipersilakan naik panggung.
Emil Salim memulai pidatonya dengan mencoba menjelaskan perubahan iklim dengan mengggunakan analogi pesawat terbang yang hampir jatuh sehingga penumpang perlu menyelamatkan diri.“Terjadinya perubahan iklim ini ibarat kita naik kapal terbang, nah saat ini kapal terbangnya nyaris jatuh maka semua penumpangnya harus menyelamatkan diri, tak perduli penumpang kelas ekonomi, bisnis atau eksekutif,” ujar Emil Salim.
Menurut mantan Menteri Lingkungan Hidup ini, pencegahan pemanasan global harus dilakukan secara bersama-sama antara negara maju dan negara berkembang. “Sikap yang kita kembangkan, bukan sikap permusuhan dan melawan tapi bagaimana mengatasi perubahan iklim,”jelas Emil Salim.
Di tengah-tengah pidato Emil Salim, muncul teriakan dari massa bahwa pertemuan UNFCCC hanya merupakan ajang perdagangan karbon. “Tolak dagang karbon,” teriak massa.
“Saya bingun ada disini. Ya kalau semua ditolak, mengapa kita ada disini,” kata Emil Salim menjawab teriakan massa. Jawaban Emil Salim itu justru seakan memancing para massa untuk berteriak .” Komparador…komparador….No komparador!” teriakan massa.
Teriakan yang sambung menyambung itu membuat telingan Emil Salim memerah.“Ya kalau begitu saya tidak ada perlu lagi saya berbicara di sini, terima kasih semoga Allah bersama kalian,” ujar Emil Salim sambil berlalu meninggalkan panggung. Namun teriakan tetap dikumandangkan massa yang memadati lapangan kampung CSO“No komparador…no komparador,”teriak aktifis. (Marwan Azis)