Jakarta, Greenblog- Puluhan ahli primata dunia yang tergabung dalam Masyarakat Primatologi Internasional, yang berkumpul di China, menyatakan bahwa sepertiga primata dunia sedang terancam punah menyusul perusakan habitat. Pada saat bersamaan, kelompok kera-kera besar, monyet, dan jenis primata lain diambil dari hutan untuk kepentingan percobaan obat- obatan dan dikonsumsi.
Pernyataan tersebut berasal dari diskusi panjang 60 ahli yang tergabung dalam Gabungan Konservasi Dunia. Mereka membahas laporan yang dikumpulkan dari seluruh dunia. Adapun total spesies dan subspesies primata di dunia diperkirakan sekitar 600.
Forum dua tahunan para peneliti dan primatolog dari Masyarakat Primatologi Internasional (International Primatological Society/IPS), akhir Oktober 2007, juga membuat daftar 25 spesies dan subspesies primata paling terancam punah di dunia.
Belasan peneliti dan ahli primata dunia yang mengeluarkan daftar itu menyatakan, bila seluruh spesies primata terancam punah dikeluarkan dari hutan, primata itu cukup ditampung di dalam satu stadion sepak bola (single football stadium).
“Jumlahnya memang diperkirakan tinggal puluhan ribu saja,” kata Jatna Supriatna, salah satu dari 16 peneliti dan ahli primata yang menyusun daftar itu, Senin (5/11). Jatna saat ini menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ahli Primatologi Asia Tenggara (SEAPA) dan Regional Vice President Conservation International (CI) Indonesia.
Tiga endemik Indonesia
Dari daftar 25 primata paling terancam punah, tiga di antaranya endemik Indonesia. Masing-masing orangutan sumatera (Pongo abelii) yang diperkirakan tersisa 6.000 ekor, monyet simakobu (Simias concolor) yang ada di Pulau Mentawai, dan jenis tarsius (Tarsius sp.) yang ditemukan di Pulau Siau, Sulawesi Utara.
“Simakobu diperkirakan tinggal 7.000 ekor, sedangkan tarsius di Siau masih belum diketahui kisaran jumlahnya. Yang jelas ada di hutan kecil di pulau kecil pula,” kata Jatna. Jenis lutung natuna dan owa jawa keluar dari daftar 25 primata paling terancam punah karena Indonesia berhasil meyakinkan kenaikan populasi dan adanya upaya nyata konservasi satwa langka itu.
Di antara 25 primata paling terancam punah tersebut, hainan gibbon merupakan yang paling terancam dengan jumlah populasi kurang dari 30 ekor. Gorila juga disebut jenis yang merosot drastis karena perburuan liar.
Primata dari Madagaskar mendominasi daftar dengan empat jenis. Namun, dari sudut benua, primata dari Benua Asia mendominasi jumlah dengan 11 jenis primata.
Pertemuan di China menyimpulkan bahwa pertumbuhan populasi manusia secara umum mengancam kehidupan semua jenis satwa. Namun, hasil studi mereka menekankan agar perhatian banyak diberikan pada jenis-jenis primata karena berbagai kemiripan mereka dengan manusia. (GSA/Kompas)