PEKALONGAN-Greenblog,-Akibat cuaca di laut Jawa memburuk yaitu hujan deras disertai angin kencang, serta gelombang cukup tinggi membuat ribuan nelayan di beberapa daerah di pantai utara (pantura) seperti Pemalang, Pekalongan, Batang dan Kendal enggan melaut.
Keenganan para nelayan melaut itu membuat harga ikan laut masih cukup tinggi karena jumlah ikan hasil trangkapan menurun dratis. Pemantauan Media Indonesia di beberapa pelabuhan perikanan di wilayah pantura, Selasa (6/11), ribuan nelayan di pantura seperti Comal, Pemalang, Wonokerto, Pekalongan, Klidang Lor, Batang, Gempol Sewu dan Bandengan, Kendal memilih menyandarkan kapal dan perahunya di beberapa dermaga dan muara sungai.
Dalam dua hari terakhir ini di laut Jawa memburuk yaitu hujan lebat disertai angin kencang dan gelombang naik hingga mencapai dua meter. Akibatnya, harga ikan laut di beberapa tempat pelelangan ikan (TPI) yang berada di pelabuhan perikanan tersebut masih cukup tinggi menyusul merosotnya pasokan ikan hasil tangkapan.
Harga ikan tongkol yang sebelumnya Rp10.000/kg naik menjadi Rp13.000/kg, ikan bawal dari sebelumnya Rp16.000/kg menjadi Rp20.000/kg, ikan cumi dari sebelumnya Rp18.000/kg menjadi Rp22.000/kg, ikan terui dari sebelumnya Rp12.000/kg menjadi Rp14.000/kg dan ikan campuran dari Rp10.000/kg menjadi Rp14.000/kg.
“Cuaca di laut sangat buruk, sehingga kami tak berani melaut untuk beberapa saat hingga kondisi reda,” kata Sukarmin,45, nelayan di Wonokerto, Pekalongan.
Ketakutan para nelayan, menurutnya, terjadi karena gelombang cukup besar mampu membalikkan kapal, bahkan kapal yang sandar di pelabuhan perikanan juga pecah atau retak akibat dihantam gelombang, maka untuk menyelamatkan kapal biasanya nelayan menyembunyikan di muara-muara sungai sekitar pelabuhan.
Hal senada juga diungkapkan oleh Rinjani,39, nelayan di Comal, Pemalang, selain hujan lebat yang setiap hari mengguyur, juga disertai angin kencang dan gelombang tinggi hingga mencapai dua meter untuk kawasan laut bagian tengah, sehingga dalam sehari tidak mendapatkan hasil tangkapan dan harus bekerja keras mengendalikan perahu.(Akhmad Safuan/MIOL-2)